trendingtopic.co.id – JAKARTA – Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari S&P Global tercatat di angka 51,3 pada Januari, naik sedikit dari Desember yaitu 50,9 dan tetap di atas 50,0 selama 17 bulan berturut-turut. Meski menunjukkan pertumbuhan tingkat sedang, PMI sedang berada di titik tertinggi sejak Oktober lalu.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan mengatakan bahwa PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global pada Januari menunjukkan kondisi sektor manufaktur yang lebih baik pada awal tahun ini. Ekspansi produk diperkuat oleh penjualan yang lebih baik yang merupakan pertanda positif untuk sektor.
“Namun, sektor terkonsentrasi pada perekonomian domestik, dengan permintaan baru dari luar negeri jatuh pada kisaran tercepat yang menggambarkan penurunan kondisi eksternal. Hal ini akan tetap menjadi penghambat besar sektor yang telah terjadi sejak 2022,” ucap Jingyi Pan dalam pernyataan resmi, Kamis (2/2/2023).
Menurut dia, output maupun permintaan baru naik pada Januari dengan laju tercepat selama tiga bulan. Sementara, pertumbuhan secara fraksional lebih baik dari segi penjualan. Jalur penjualan berjalan positif di tengah permintaan klien yang tinggi dan keberhasilan konversi menjadi pemenangan bisnis yang sulit.
Permintaan pasar secara umum lebih baik dalam bulan-bulan terakhir, serta aktivitas promosi membantu mendukung pertumbuhan. Akan tetapi, permintaan domestik merupakan pendorong utama kenaikan penjualan: permintaan ekspor baru turun selama delapan bulan berturut-turut.
Tekanan biaya masih terjadi pada bulan Januari, dengan pemasok melaporkan masih meneruskan beban biaya kenaikan harga bahan baku. Namun, tingkat inflasi menurun selama tujuh bulan berturut-turut yang mencapai posisi terendah selama lebih dari dua tahun.
Hal tersebut menyebabkan penurunan biaya inflasi di antara produsen di Indonesia, dengan perusahaan juga mencatat bahwa melemahnya dolar AS dan permintaan diskon pelanggan membatasi kekuatan harga mereka. Secara keseluruhan, harga output naik pada tingkat sedang dan hingga pada tingkat terendah sejak bulan Mei 2021.
“Sementara itu, tekanan harga di sektor manufaktur Indonesia terus berkurang, dengan biaya input naik pada laju lambat selama lebih dari dua tahun dan inflasi biaya output turun hingga posisi rendah 20 bulan. Meski masih tinggi, penurunan lebih lanjut pada tekanan harga diharapkan mendorong Bank Indonesia untuk mengurangi pengetatan kebijakan, yang menjadi pertanda baik bagi perusahaan untuk menghadapi tahun baru,” jelas Jingyi Pan.
Di sisi lain, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, di tengah dinamika perekonomian dunia, sektor manufaktur nasional konsisten ekspansif selama 17 bulan berturut-turut. PMI Januari 2023 Indonesia tercatat naik menjadi 51,3. Hal ini menunjukan resiliensi perekonomian domestik.
“Sektor manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi menunjukkan daya tahan perekonomian Indonesia di tengah gejolak global dan perlambatan manufaktur yang terjadi di berbagai negara,” tutur Febrio.
Dia mengatakan output dan permintaan baru di Indonesia mengalami pertumbuhan tercepat dalam tiga bulan terakhir karena permintaan dalam negeri yang tetap kuat. Walaupun permintaan dari sisi ekspor masih agak tertahan, peningkatan permintaan domestik mampu mendorong perusahaan untuk meningkatkan aktivitas pembelian barang input.
“Secara keseluruhan, optimisme pelaku usaha di awal tahun 2023 ini meningkat dibandingkan akhir tahun lalu. Ini tercermin dari peningkatan stok barang input. Selain itu, harga barang input mengalami penurunan, walaupun disrupsi pasokan masih terjadi,” ujar Febrio.